Makam Raja Hayam Wuruk ??
Siapa yang tak kenal nama Hayam Wuruk. Raja
Majapahit satu ini bisa dibilang yang paling tersohor. Namanya tercetak pada
setiap buku sejarah siswa sekolah di Indonesia. Pada masa kekuasaannya, bersama
Mahapatih Gajah Mada, Hayam Wuruk berhasil membawa Majapahit meuju puncak keemasannya
dengan bersatunya seluruh kerajaan di Nusantara pada tahun 1350-1389 masehi.
Hayam Wuruk yang mempunyai arti "Ayam
yang Terpelajar" lahir pada tahun 1334, bersamaan dengan benca besar
Pabanyu Pindah serta letusan dahsyat Gunung Kelud pada tahun 1334. Ibunya
adalah seorang putri dari pendiri Majapahit, Raden Wijaya yang bernama
Tribhuwana Tunggadewi. Ayahnya bernama Cakradhara atau Sri Kertawardhana, raja
bawahan Majapahit yang memiliki gelar Bhre Tumapel.
Kisah tentang kelahiran Raja Besar Hayam
Wuruk ini tertulis dalam kitab karya Mpu Prapanca yaitu kitab Negarakertagama.
Dalam kitab tersebut Mpu Prapanca melukiskan sosok Hayam Wuruk sebagai titisan
dari Hyang Giri Pati. Juga pada tahun kelahiran Hayam Wuruk itulah, sang
Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang fenomenal itu.
Menurut penuturan seorang pemerhati sejarah
Yudi Pitulasdrajad dan beberapa tokoh masyarakat yang kami kutip dari laman
Merdeka.com, Raja Majapahit itu memiliki
seorang kerabat atau yang dari sumber lain dikatakan sebagai "paman"
dari hayam wuruk, ia adalah seorang raja bawahan Majapahit dari negeri Ngatas
Angin yaitu Raden Condromowo yang dikemudian hari bergelar Raden Ngabehi
Selopurwoto dan patihnya Raden Condrogeni.
Pada semasa hidupnya, dikisahkan bahwa
Hayam Wuruk sering mengunjungi kerabatnya tersebut serta berkunjung di candi
lor yang dibuat oleh mPu Sindok pada masa Kerajaan Medang.
Disana Hayam Wuruk berwasiat pada pamannya,
Raja Ngatas Angin. Isi wasiat tersebut adalah suatu saat nanti jika ajal ajal
menjemput, ia minta agar jenazahnya dibakar, dan abu jasadnya disimpan disebuah
tempat di wilayah Ngatas Angin yang letaknya langsung menghadap ke Gunung
Wilis, dimana gunung itu dianggap seakan-akan sama dengan gunung Mahameru.
Raden Ngabehi Selopurwoto lalu menugaskan
Mpu Supo untuk membangun sebuah kompleks percandian di wilayah Ngatas Angin.
Candi itulah yang kini dikenal dengan nama candi Ngetos, tempat peristirahatan
terakhir Prabu Hayam Wuruk.
Menurut beberapa sumber, dahulu ada dua
buah candi di kompleks candi Ngetos ini. Satu berukuran kecil, dan satunya lagi
yang sekarang masih bisa kita lihat dengan bentuk keduanya yang sama.
Sayangnya, candi yang berukuran kecil, kini sudah tidak ada.
Menurut seorang ahli bernama N.J Krom
mengatakan bahwa makam raja Hayam Wuruk tersebut sebenarnya berada pada sebuah
bangunan candi berukuran lebih kecil atau yang disebut Paramasoeklapoera yang
ada di kompleks candi Ngetos.
No comments